Kejutan Terakhir
Aku
terbangun dari tidurku karena gemercik air mengenai wajahku, saat aku melihat jam sekarang baru pukul 1
malam, aku ingin kembali tidur saat aku menarik selimutku kembali tiba-tiba
sebuah kertas kecil menempel di selimutku, kertas itu bertulis: Halo Nadia!
Maukah kamu menolong Mama? Coba kamu ke rak buku di ruang
tengah sekarang dan coba kamu ambil buku Mama yang berjudul ‘Sepasang Mata
Merah’ lalu kamu kasih ke kamar Mama, Terima kasih, sayang!
“Aduh
Mama ada-ada saja, kenapa Mama tidak ambil sendiri? Huh aku baru tau Mama punya
buku horror seperti itu,” ucapku malas, tetapi aku kerjakan perintah Mama tadi
walaupun sedikit berlebihan memakai surat segala.
Aku
membuka pintu kamar Mama karena ingin mengembalikan buku itu, tiba-tiba Papa
dan Mama tidak ada di dalam kamar aku menemukan surat lagi di gagang pintu
kamar Mama yang berisi: Kamu pasti bingung Mama pergi kemana, bagaimana kamu
sekarang ke dapur lalu masak telur dadar buatanmu yang sangat disukai Nenek,
karena Nenek sebentar lagi akan datang, kerjakan sekarang!
Dengan
kesal aku membanting buku itu, tiba-tiba di dalam buku itu ada pisau jatuh
berlumuran darah, jantungku berdetak kencang karena aku takut Papa dan Mama
kenapa-napa. Aku bergegas masak ke dapur, saat telur itu jadi aku langsung
meletakannya di piring dan menaruhnya di meja makan. Seorang wanita tua yang
wajahnya tertutup rambut putihnya itu lewat lalu ia langsung berlari ke tangga
dan naik ke atas. “Itu siapa? Apakah itu Nenek? Katanya Nenek akan datang
nanti, tetapi kenapa ia berlari dan berkeliaran sekeliling rumah tengah malam
ya?” kataku berbicara sendiri.
Di
kursi meja makan ada surat lagi yang berisi : Terimakasih Nadia, apakah kamu
barusan melihat seorang wanita tua berjalan ke atas? Coba kamu ikuti dia!
Lagi-lagi aku harus mengikuti perintah surat dari Mama itu, dan aku menuju
atas. Saat aku melirik keluar jendela dekat tangga rumahku, wanita tua yang
wajahnya tertutup rambutnya itu ternyata ada di luar sambil mencakar-cakar
jendela rumahku. Tadi kan ia
ke atas? Mungkin ia lewat tangga lainnya, aku coba ke luar saat aku ke luar
tidak ada siapa-siapa. Malah, ada sepucuk surat dari Mama lagi yang berisi:
Mama sayang padamu! Pergilah, disini tidak aman nak! Mama ingin bertemu Nadia
lagi!
Aku
bingung apa maksud surat yang ditulis oleh cat air merah
itu, mungkin Mama ingin memberikan kejutan kepadaku? Aku pergi dari tempat itu
dan kembali ke dalam. Saat aku naik ke atas, aku bertemu wanita itu yang
barusan menempelkan sepucuk surat di pintu kamar Kak Sabrina yang berisi: Masuk
ke kamar Kak Sabrina, coba kamu ambil setangkai bunga mawar di dalam sana dan
bawalah sampai rantai surat ini berakhir.
Aku
segera masuk ke kamar Kak Sabrina dan aku menemukan setangkai bunga mawar di
meja rias Kak Sabrina, saat aku melihat kaca ada seorang gadis sedang menyisir
rambutnya.“Nadia, rambut Kakak indah kan? Tolong sisirkan rambut Kakak untuk
terakhir kalinya sayang, Nadia Kakak selalu menyayangimu,” ucap gadis itu, dari
suaranya mirip Kak Sabrina. Aku tersentak kaget dan membaca do’a agar tidak ada
makhluk gaib menggangguku, saat aku melihat ke belakang ternyata tidak ada
siapa-siapa.
Ah
mungkin itu hanya halusinasiku, batinku, aku langsung ke luar kamar dan mencari surat
selanjutnya. Tiba-tiba kedua adik kembarku Vianna dan Vionna berlarian di
hadapanku ia bermain sangat gembira dan mereka terlihat sangat bahagia. “Via,
Vio, kalian kok belum tidur? Nanti dimarahin Mama lho!” kataku mengingatkan
mereka berdua. “Ayo Kak Nadia, ikutan main! Hahaha!” tawa mereka yang masih berlari-larian dengan sangat
riang.
Aku
melihat kertas kecil di dekat tangga menuju balkon, aku membaca isi kertas itu.
Kertas itu berisi: Sekali lagi nak coba kamu naik ke atas dan kamu lihat ada
apa gerangan? Hihihi, anak Mamapintar bisa
melanjutkan petualangan surat ini!
Aku
begitu penasaran, saat aku ingin membuka pintu balkon, “NENG NADIA!” panggil
seseorang dari bawah, aku langsung menghentikan langkahku dan menuju ke
seseorang yang memanggilku itu.
“Bibi Sumiah? Ada apa? Loh kok
Bibi menangis?” kataku bingung melihat pembantu rumah tangga-ku itu menangis.
“Apakah kamu habis menyelesaikan petualangan surat dari Mama? Dan sudah sampai
balkon?” tanya Bi Sumiah sambil terisak. “Belum Bi, kan tadi Bibi
menghentikanku memang kenapa?” tanyaku sangat bingung. “Hiks, coba kamu lihat
ke balkon sekarang!” perintah Bibi, aku langsung berlari menuju balkon dengan
perasaan gembira dan terkejut aku melihat banyak sekali bunga dan lampu yang
dihias disana, ada sebuah bunga yang dirangkai menjadi tulisan ‘HAPPY BIRTHDAY NADIA!’ sangat
besar, aku sangat bahagia menerima kejutan ini. Tetapi ada sesuatu yang kurang,
“Bi, Mama, Papa, Kak Sabrina, Vianna, dan Vionna mana? Kok mereka tidak ada?” tanyaku bingung.
“Bi, Mama, Papa, Kak Sabrina, Vianna, dan Vionna mana? Kok mereka tidak ada?” tanyaku bingung.
“Hiks,
Bibi sedih neng Bibi sedih,” jawab Bibi yang duduk sambil mengeluarkan air
matanya itu. “Ada apa, Bi? Bibi ada masalah? Coba cerita dulu ke Nadia,” kataku
memegang tangan Bibi yang terlihat sangat sedih.
“Papa, Mama, Kak Sabrina, Vianna, dan Vionna mereka…”
“Kenapa Bi?” tanyaku penasaran. “Meninggal dunia, tadi seorang penjahat membunuh mereka menggunakan golok tanpa sebab dan polisi sudah menemukan mereka semua,” jelas Bi Sumiah dengan sangat sedih.
“BIBI SERIUS??? BI? INI BUKAN SAATNYA BERCANDA BI!” kataku kaget, air mata langsung keluar dari mataku. “Iya neng, saat neng masih tidur dan Bibi saat baru pulang dari supermarket. Tadi permintaan terakhir Mama, Mama mau neng menyelesaikan surat buatan Mama itu coba neng lihat surat terakhir di kursi yang diukir oleh mereka tadi sekitar jam 9” kata Bibi menunjuk ke sepucuk surat terakhir.
“Papa, Mama, Kak Sabrina, Vianna, dan Vionna mereka…”
“Kenapa Bi?” tanyaku penasaran. “Meninggal dunia, tadi seorang penjahat membunuh mereka menggunakan golok tanpa sebab dan polisi sudah menemukan mereka semua,” jelas Bi Sumiah dengan sangat sedih.
“BIBI SERIUS??? BI? INI BUKAN SAATNYA BERCANDA BI!” kataku kaget, air mata langsung keluar dari mataku. “Iya neng, saat neng masih tidur dan Bibi saat baru pulang dari supermarket. Tadi permintaan terakhir Mama, Mama mau neng menyelesaikan surat buatan Mama itu coba neng lihat surat terakhir di kursi yang diukir oleh mereka tadi sekitar jam 9” kata Bibi menunjuk ke sepucuk surat terakhir.
Surat
itu berisi: Selamat ulang tahun Nadia sayangku! Semoga kamu makin sehat,
pintar, dan segalanya. Satu lagi semoga kita semua bisa bersama selamanya!
Seketika air mata membasahi pipiku, “Kenapa waktu begitu cepat? Mengapa saat
pembunuhan berlangsung aku tidak dibunuh juga? Mama, Papa, Kak Sabrina, Vianna,
Vionna, aku sayang kalian semua selamanya” kataku memeluk dan mengecup foto kami saat masih berkumpul
dan bersama.
Kebahagiaan
cepat berlalu, terima kasih atas kejutan kalian untuk ulang tahunku walaupun
kalian lebih bahagia disana. Bibi menghampiriku dan memelukku dari belakang.
“Bi,
Nadia mau tanya” kataku sambil menghapus air mataku.
“Tanya apa, sayang?” kata Bibi yang juga menghapus air matanya.
“Kan kata Bibi pembunuhan tadi pakai golok tetapi kenapa tadi di kamar Mama aku menemukan sebuah pisau? Lalu tadi nenek yang menunjukkan arah kepadaku siapa yang tadi naik ke atas tangga?” tanyaku bingung.
“Wanita tua itu Bibi neng, karena Mama juga mau Bibi ikut menyamar” jelas Bibi Sumiah.
“Tanya apa, sayang?” kata Bibi yang juga menghapus air matanya.
“Kan kata Bibi pembunuhan tadi pakai golok tetapi kenapa tadi di kamar Mama aku menemukan sebuah pisau? Lalu tadi nenek yang menunjukkan arah kepadaku siapa yang tadi naik ke atas tangga?” tanyaku bingung.
“Wanita tua itu Bibi neng, karena Mama juga mau Bibi ikut menyamar” jelas Bibi Sumiah.
“Hm,
Bibi kan tadi naik ke atas kenapa tadi tiba-tiba Bibi muncul di jendela luar
dan meninggalkan sepucuk surat pakai tinta merah dan menyuruhku pergi? Lalu tadi di kamar Kak
Sabrina yang sedang menyisir rambut siapa, Bi? Apakah teman Bibi ikut dalam
rencana ini?” tanyaku semakin bingung. “Wah kalo soal itu Bibi tidak tahu,
neng” kata Bibi, aku terdiam sangat bingung. Lalu kenapa ada pisau di kamar
Mama tadi? Siapa wanita tua yang diluar itu? Dan siapa yang sedang menyisir di
kamar Kak Sabrina tadi? Aku kira itu teman Bibi ternyata bukan, lalu mereka
semua siapa?
SERPIHAN WAKTU
Sudah cukup lama Aku berada di sini, sudah hampir 3 hari
diriku terkurung di sini. Di sebuah tempat kecil dengan dinding berwarna putih.
Aku hanya dapat melihat dinding, dinding dan dinding. Mata ini sudah terlalu
lama memandangi itu semua, hanya bisa pasrah dengan keadaan yang sekarang.
Entah apa yang terjadi padaku saat itu. Terakhir Aku
berada di Dunia normal, diriku telah menemukan sebuah jam kuno yang berwarna
putih bersih. Lalu, Aku mencoba memakainya, dan entah kenapa, jam itu membawaku
ke duniaini.
Dunia yang tidak pernah ku kenal, sangat asing.
Mataku menatap jam kuno putih yang terus melekat di
pergelangan tanganku, tak bisa lepas. Sudah berkali-kali ku coba membuka itu, namun hasilnya nihil!. “Rane…” panggil seseorang. Hati kecilku
merasa sedikit takut dengan suara yang tiba-tiba terdengar di telingaku. Selama
3 hari ku di sini, tak pernah sedikit pun Aku mendengar suara. “Rane…” panggil
suara itu lagi. Sekarang, hati kecilku menghendakiku untuk menjawabnya. Dengan
suara yang terbata-bata, aku memberanikan diri menjawab suara itu. “Siapa kamu?
Mengapa kamu tahu namaku?” tanyaku, gigi-gigiku bergemeretak sehingga terdengar
suara kecil yang cukup membuat bising di tempat kecil ini. “Rane… tak perlulah
kau tahu siapa Aku. Sekarang, jika kau ingin keluar dari dunia ini, ikutilah
panah penunjuk yang akan terlihat oleh matamu!” ujar suara tersebut. Aku masih
ragu dengan ucapannya yang menurutku aneh. “Memangnya… dunia apa ini? Perlukah
Aku turuti permintaanmu?” tanyaku yang masih sangat takut dengan keadaan
seperti ini. “Ini adalah, Dunia Waktu… kau tak akan bisa keluar dari sini
kecuali dengan mengikuti pengarahan dariku. Sekarang, cepat ikuti panah
penunjuk yang akan terlihat olehmu! Cepat! Sekarang!” ujar suara itu lagi,
sekarang suara itu terdengar lebih tegas dan kencang lagi. Aku hanya dapat
mengangguk kecil dan mengikuti panah penunjuk yang memang benar-benar terlihat
olehku.
Entah, Aku sedang bermimpi atau tidak, ruangan yang
tadinya sangatlah sempit sekarang terlihat memiliki banyak sekali lorong.
Sampai sekarang, panah penunjuk itu belum berhenti menunjukkan arah kepadaku,
sampai akhirnya…
“Rane… sekarang kau sudah ada di ruangan memilih. Kau harus memilih salah satu manusia yang terlibat masalah besar terhadap waktu! Waktumu memilih hanya satu menit! Cepatlah… jika kau ingin keluar dari dunia ini…” ujar suara itu lagi. Aku yang cukup kaget dengan suara yang tiba-tiba itu, langsung saja menuruti arahan dari suara tersebut. Seketika itu, bermunculan banyakfoto orang yang tak kukenal. Otakku sempat berpikir siapa mereka, namun, karena waktuku memilih hanya satu menit, Aku segera menyentuh foto seorang remaja yang terlihat seusia denganku.
“Rane… sekarang kau sudah ada di ruangan memilih. Kau harus memilih salah satu manusia yang terlibat masalah besar terhadap waktu! Waktumu memilih hanya satu menit! Cepatlah… jika kau ingin keluar dari dunia ini…” ujar suara itu lagi. Aku yang cukup kaget dengan suara yang tiba-tiba itu, langsung saja menuruti arahan dari suara tersebut. Seketika itu, bermunculan banyakfoto orang yang tak kukenal. Otakku sempat berpikir siapa mereka, namun, karena waktuku memilih hanya satu menit, Aku segera menyentuh foto seorang remaja yang terlihat seusia denganku.
*triiing*
Seketika itu, foto remaja yang ku sentuh terlepas dari
bingkainya dan terbang menuju suatu arah yang tak kuketahui. Hatiku memutuskan
untuk mengikuti foto itu. Sampai akhirnya, foto itu mengantarku kepada sebuah
pintu yang masih tertutup rapi. Foto yang masih terbang entah dengan apa itu,
seakan memintaku untuk membuka pintu itu. Dengan gemetar, Aku segera membuka
pintu tersebut.
Krieeet........suara pintu itu terdengar sangat
kencang di telingaku. Saat pintu tersebut terbuka, terpancar sinar putih yang
menyilaukan mataku. Aku menutup mataku dengan tanganku dan mencoba menahan rasa
sakit akibat silau.
Selama beberapa menit cahaya bersinar, akhirnya cahaya
itu mulai redup. Aku mulai membuka mataku dan melihat sesosok manusia di sana.
“Kamu Rane?” tanya orang itu. “I… iya… ka… kamu siapa?” jawabku dengan rasa takut. “Aku… Jill! Aku terjebak oleh waktu! Aku sudah terlalu sering menyia-nyiakan waktuku. Sekarang, kamu ditugaskan untuk membantuku memperbaiki waktuku yang sia-sia,” jawab orang tersebut yang ternyata bernama Jill.
“Ta… tapi bagaimana caranya? Aku hanya manusia biasa!” ujarku.
“Tenanglah… kamu hanya tinggal membantuku untuk mendapatkan serpihan waktuku yang terbuang. Dan waktumu hanya tiga jam! Bantulah Aku, orang tuaku cemas denganku, selama ini… mereka mengira Aku koma dan tak sadarkan diri. Padahal… Aku terjebak di sini!” jelas Jill. Aku mulai luluh dengan perkataan Jill, Aku pun memberanikan untuk bertanya lagi. “Serpihan waktu? Apa itu?” tanyaku. “Serpihan waktu adalah sisa waktuku yang terbuang. Kamu dapat menemukan itu di kejadian-kejadian yang pernah kusia-siakan waktunya! Kamu hanya harus mengumpulkan tiga dari sekian banyak serpihan waktuku,” jelas Jill lagi. Aku mulai sedikit paham dengan maksudnya. “Tapi… Aku kan tidak pernah tahu kejadian apa yang pernah kamu sia-siakan waktunya?” ujarku lagi. Jill tersenyum lalu membalas ucapanku. “Kau akan tahu… karena ingatanku ada padamu…” jawab Jill. Entah kenapa, seketika tubuh Jill hilang dari pandanganku. Kakiku pun tergerak untuk menyusuri lorong yang berada di dalam pintu yang tadi ku buka.
“Kamu Rane?” tanya orang itu. “I… iya… ka… kamu siapa?” jawabku dengan rasa takut. “Aku… Jill! Aku terjebak oleh waktu! Aku sudah terlalu sering menyia-nyiakan waktuku. Sekarang, kamu ditugaskan untuk membantuku memperbaiki waktuku yang sia-sia,” jawab orang tersebut yang ternyata bernama Jill.
“Ta… tapi bagaimana caranya? Aku hanya manusia biasa!” ujarku.
“Tenanglah… kamu hanya tinggal membantuku untuk mendapatkan serpihan waktuku yang terbuang. Dan waktumu hanya tiga jam! Bantulah Aku, orang tuaku cemas denganku, selama ini… mereka mengira Aku koma dan tak sadarkan diri. Padahal… Aku terjebak di sini!” jelas Jill. Aku mulai luluh dengan perkataan Jill, Aku pun memberanikan untuk bertanya lagi. “Serpihan waktu? Apa itu?” tanyaku. “Serpihan waktu adalah sisa waktuku yang terbuang. Kamu dapat menemukan itu di kejadian-kejadian yang pernah kusia-siakan waktunya! Kamu hanya harus mengumpulkan tiga dari sekian banyak serpihan waktuku,” jelas Jill lagi. Aku mulai sedikit paham dengan maksudnya. “Tapi… Aku kan tidak pernah tahu kejadian apa yang pernah kamu sia-siakan waktunya?” ujarku lagi. Jill tersenyum lalu membalas ucapanku. “Kau akan tahu… karena ingatanku ada padamu…” jawab Jill. Entah kenapa, seketika tubuh Jill hilang dari pandanganku. Kakiku pun tergerak untuk menyusuri lorong yang berada di dalam pintu yang tadi ku buka.
Aku berjalan lurus sampai akhirnya Aku menemukan
sebuah jendela. Ku intip sedikit dari jendela tersebut, ku lihat dunia bebasku
ada di sana. Ingin rasanya kakiku menginjak kembali dunia yang selama ini
kutinggalkan, namun, tubuhku malah berubah menjadi seekor kupu-kupu. “Ayah…
Ibu… sebentar lagi Aku pulang,” ujarku saatku mulai mengepakkan sayap. Di saat
ku terbang tanpa arah di langit, terlihat seperti ada memori baru pada otakku.
Di sana, Aku dapat melihat apa saja yang selama ini di lakukan Jill. Aku pun
tersenyum tanda mengerti perkataan Jill yang terakhir. Akhirnya, Aku pun
terbang ke tempat di mana Jill menyia-nyiakan waktunya.
“Hmmm… Aku melihat Jill menyakiti hati temannya karena
tidak menepati janjinya untuk berdiskusi soal tugas mereka di restoran.
Mungkin… serpihan waktu miliknya ada di sana!” gumamku. Sayap indahku sekarang
mengepak lebih kencang, entah kenapa, Aku tahu di mana letak restoran yang
sebelumnya belum pernah kudatangi.
Kupandangi pintu restoran didepanku yang masih
tertutup rapat. Bagaimana Aku bisa masuk ke dalam ya? Batinku. Aku pun menunggu
ada orang yang masuk dan membuka pintu ke dalam. Cukup lama Aku menunggu,
akhirnya, ada seorang pria bertubuh tambun dan membuka pintu dengan cukup
lebar, sehingga memudahkanku untuk masuk ke dalam.
Setelah tubuh kecilku masuk ke dalam, ku lihat banyak
sekali serpihan waktu yang berserakkan di sini. Aku sempat berpikir, apa para
manusia tidak dapat melihatnya. Namun, pikiran itu langsung buyar mengingat
waktuku yang hanya 3 jam. Dari sekian banyak serpihan waktu yang ku lihat, ada satu
yang bersinar. Aku langsung yakin kalau itu adalah milik Jill, dengan segera,
Aku mengambil dan memasukkannya ke dalam sebuah kantung yang entah sejak kapan
ada padaku.
Satu keping serpihan waktu telah ada padaku, kulihat,
jam kuno putih yang tadinya menempel di pergelangan tanganku kini tertempel di
belakang sayapku. Kulihat sepintas, waktuku hanya tinggal dua jam lima belas
menit lagi.
Segera Aku memfokuskan pikiranku agar dapat terlihat di mana lagi Jill pernah menyia-nyiakan waktunya. Hanya butuh waktu 5 menit untuk memikirkannya, namun, untuk menuju tempatnya bukan hal yang mudah. Sekalipun tempat itu berada dekat denganku. Embusan angin yang terkadang kencang dan tubuh-tubuh raksasa yang berlalu lalang terkadang menjadi penghalangku dalam menyelesaikan tugasku.
Segera Aku memfokuskan pikiranku agar dapat terlihat di mana lagi Jill pernah menyia-nyiakan waktunya. Hanya butuh waktu 5 menit untuk memikirkannya, namun, untuk menuju tempatnya bukan hal yang mudah. Sekalipun tempat itu berada dekat denganku. Embusan angin yang terkadang kencang dan tubuh-tubuh raksasa yang berlalu lalang terkadang menjadi penghalangku dalam menyelesaikan tugasku.
Tempat kedua yang akan menjadi tujuanku adalah rumah
sakit. Rumah sakit ini ku pilih karena letaknya tak jauh dari restoran yang
menjadi tujuan pertamaku tadi. Untuk menuju rumah sakit, Aku banyak sekali
mendapat goncangan, terutama dari para predator hewan liar. Fisikku sudah mulai lelah dan tidak terkendali, namun, Aku terus
berusaha untuk menyelesaikan tugasku.
Beruntung, di dalam rumah sakit tidak terlalu banyak
orang sehingga dengan mudah Aku dapat menemukan serpihan waktu milik Jill. Dua
serpihan telah ada padaku. Aku segera menuju tempat tujuanku yang ketiga
sekaligus terakhir. Aku sudah berpikir keras untuk mengingat-ingat memori Jill,
namun yang keluar hanya satu kejadian dan tempat. Hanya ada sebuah bukit kecil
yang letaknya sangat jauh dipikiranku. Karena hanya ada gambaran itu di otakku,
Aku pun bertekad untuk sampai ke tempat tersebut hanya dalam waktu satu
setengah jam.
Aku terbang dengan kecepatan yang tinggi dari
sebelumnya menuju sebuah bukit yang ada di otakku. Aku terus terbang walau
angin ganas itu mungkin akan menyobek sayapku. Tetapi Aku tak peduli, terus
saja ku terjang semua itu sampai akhirnya, kabut putih yang menyelimuti sebuah
bukit kecil terlihat. Aku tersenyum puas melihatnya. Di sana, Aku tidak banyak
menemukan serpihan waktu, jumlahnya bisa di hitung oleh jari. Aku pun mulai
mencari serpihan milik Jill. Ternyata, serpihan milik Jill cukup sulit
ditemukan karena letaknya berada di sebuah batu besar tepat di samping sungai.
Dengan hati-hati, Aku memasukkan serpihan waktu terakhir ke dalam kantung
milikku. Setelah 3 serpihan waktu terkumpul, tubuhku terasa tersedot ke dalam
pusaran angin. Entah dari mana angin itu, sampai akhirnya wujudku berubah
kembali menjadi manusia dan telah berada di hadapan Jill.
“Rane… terima kasih, kau telah membantuku untuk keluar
dari dunia ini,” ujar Jill. Aku mengangguk dan tersenyum. Lalu, tubuh Jill
tiba-tiba menghilang menyisakan senyuman terakhir yang tadi ku lihat. Ku pikir,
ia telah tersadar dari tidur panjangnya selama ini. Sekarang, Aku kembali
sendiri. Aku menunggu suara itu datang, hingga suara itu pun terdengar di
telinga mungilku.
“Rane… selamat, kau berhasil menyelesaikan tugasmu. Sekarang… kamu berhak kembali ke duniamu…” ujar suara tersebut. Lalu, Aku merasakan kepalaku terasa sangat pusing dan mataku pun tak kuat untuk menahannya. Entah apa yang terjadi, Aku pingsan.
“Rane… selamat, kau berhasil menyelesaikan tugasmu. Sekarang… kamu berhak kembali ke duniamu…” ujar suara tersebut. Lalu, Aku merasakan kepalaku terasa sangat pusing dan mataku pun tak kuat untuk menahannya. Entah apa yang terjadi, Aku pingsan.
“Rane! Bangun Rane… nanti kau telat!” ujar sebuah
suara yang membangunkanku. “Kak Ryn? Sejak kapan Kakak di situ?” tanyaku ketika
kelopak mataku terbuka. “Sejak kapan? Dari tadi Rane… apa kamu tidak mendengar
suara Kakak? Sudahlah… cepat mandi! Nanti kau telat berangkat ke sekolah!”
jawab Kak Ryn. Aku mengucek-ngucek mataku, Apa itu mimpi? Batinku. Namun, ada
suara yang selama ini kudengar di Dunia Waktu. Tidak, Rane… kau tidak bermimpi!
Menganalisis Unsur-Unsur
Intrinsik Cerpen
Cerpen
I (KejutanTerakhir)
1.
Tema : Misteri
2.
Judul :
Kejutan Terakhir
3.
Tokoh :
a. Nadia, protagonis
b. Bibi, tirtagonis
4.
Penokohan :
a. Nadia, dengan watak penasaran.
Dibuktikan pada kalimat “Aku begitu penasaran....”
b. Bibi, dengan watak misterius.
Dibuktikan pada kalimat “Hm, Bibi kan tadi naik ke atas kenapa tadi tiba-tiba
Bibi muncul di jendela luar dan meninggalkan sepucuk surat palai tinta merah
dan menyuruhku pergi? Lalu tadi di kamar Kal Shabrina yang sedang menyisir
rambut siapa Bi?Apakah teman Bibi ikut dalam rencana ini?”tanya Nadia bingung.
“Wah kalo soal itu Bibi tidak tahu neng” jawab Bibi membuat Nadia bingung.
5.
Latar :
a. Tempat :
·
Di
kamar Nadia
sesuai
dengan kalimat “Aku terbangun dari
tidurku karena germecik air mengenai wajahku... ”
·
Di
ruang tengah.
Sesuai
dengan kalimat “Coba kamu ke rak buku di ruang tengah sekarang...”
·
Di
kamar Mama Nadia
Sesuai
dengan kalimat “Aku membuka pintu kamar mama karena ingin mengembalikan buku
itu”
·
Di
dapur
Sesuai
dengan kalimat “Aku bergegas masuk ke dapur”
·
Di
ruang makan
Sesuai
dengan kalimat “Aku langsung meletakannya dipiring dan menaruhnya di meja
makan”
·
Di
tangga dekat ruang makan
Sesuai
dengan kalimat “Lalu ia langsung lari ke tangga dan naik ke atas”
·
Di
kamar Ka Shabrina
Sesuai
dengan kalimat “Masuk ke kamar Ka Sabrina...”
·
Di
tangga dekat balkon
Sesuai
dengan kalimat “Aku melihat kertas kecil didekat tangga menuju balkon”
·
Di
balkon
Sesuai
dengan kalimat “Aku langsung berlari menuju balkon”
b.
Waktu : Pukul 1 malam. Sesuai dengan
kalimat “Aku terbangun
dari tidurku karena gemercik air mengenai wajahku,
saat aku melihat jam sekarang baru pukul 1 malam ”
dari tidurku karena gemercik air mengenai wajahku,
saat aku melihat jam sekarang baru pukul 1 malam ”
c.
Suasana :
·
Sunyi
Karena tengah malam. Dibuktikan dengan kalimat “...sekarang
baru pukul 1 malam, aku ingin kembali tidur...”
·
Menegangkan
Karena ada surat berantai yang harus dipecahkan. Dibuktikan
dengan kalimat “...di dalam kamar aku menemukan surat lagi...”
·
Bahagia
Karena mendapat kejutan ulang tahun dari keluarganya.
Dibuktikan dengan kalimat “Aku melihat banyak sekali bunga dan lampu yang
dihias disana, ada sebuah bunga yang dirangkai menjadi tulisan ‘HAAPY BIRTHDAY’
sangat besar, aku sangat bahagia menerima kejutan ini.”
·
Sedih
Karena papah, mamah, kakak, dan adik kembarnya meninggal.
Dibuktikan dengan kalimat “Papa, Mama, Kak Sabrina, Vianna. Dan Vionna
mereka....meninggal dunia...”
6.
Alur : Maju Mundur
a. Pemaparan
“Aku
terbangun dari tidurku karena gemercik air mengenai wajahku, saat aku melihat jam sekarang baru pukul 1
malam, aku ingin kembali tidur saat aku menarik selimutku kembali tiba-tiba
sebuah kertas kecil menempel di selimutku...”
b. Penampilan masalah
“Dengan
kesal aku membanting buku itu, tiba-tiba di dalam buku itu ada pisau jatuh
berlumuran darah, jantungku berdetak kencang karena aku takut Papa dan Mama
kenapa-napa”
c. Masalah memuncak
“Tetapi
ada sesuatu yang kurang, ‘Bi, Mama, Papa, Kak Sabrina, Vianna, dan Vionna mana?
Kok mereka tidak ada?’ tanyaku bingung.”
d. Puncak ketegangan
“Papa,
Mama, Kak Sabrina, Vianna, dan Vionna mereka…”
“Kenapa Bi?” tanyaku penasaran. “Meninggal dunia, tadi seorang penjahat membunuh mereka menggunakan golok tanpa sebab dan polisi sudah menemukan mereka semua,” jelas Bi Sumiah dengan sangat sedih. “BIBI SERIUS??? BI? INI BUKAN SAATNYA BERCANDA BI!” kataku kaget, air mata langsung keluar dari mataku.
“Kenapa Bi?” tanyaku penasaran. “Meninggal dunia, tadi seorang penjahat membunuh mereka menggunakan golok tanpa sebab dan polisi sudah menemukan mereka semua,” jelas Bi Sumiah dengan sangat sedih. “BIBI SERIUS??? BI? INI BUKAN SAATNYA BERCANDA BI!” kataku kaget, air mata langsung keluar dari mataku.
e. Ketegangan menurun
“Tadi
permintaan terakhir Mama, Mama mau neng menyelesaikan surat buatan Mama itu
coba neng lihat surat terakhir di kursi yang diukir oleh mereka tadi sekitar
jam 9” kata Bibi menunjuk ke sepucuk surat terakhir.”
f. Penyelesaian
“Kebahagiaan
cepat berlalu, terima kasih atas kejutan kalian untuk ulang tahunku walaupun
kalian lebih bahagia disana. Bibi menghampiriku dan memelukku dari belakang.”
7.
Sudut
pandang : Orang pertama. Dibuktikan
dengan kalimat “Aku
terbangun dari tidurku .....”
terbangun dari tidurku .....”
8.
Amanat :
a.
Jangan
mudah percaya dengan orang yang belum jelas asal usulnya walaupun orang itu
dekat dengan kita.
b.
Bahagiakan
orang yang menyayangi kita selagi mereka masih ada, jangan samapi kita
menyesal.
Cerpen
II (Serpihan Waktu)
1.
Tema : Petualangan
2.
Judul : Serpihan Waktu
3.
Tokoh :
a. Rane, protagonis
b. Jill, tirtagonis
c. Kak Ryn, tirtagonis
4.
Penokohan :
a. Rane, dengan watak rela menolong
dan tekun dalam mengerjakan sesuatu. Dibuktikan pada kalimat “Dari aku mulai
luluh sampai tadi ku buka..”, “Hembusan angin yang terkadang kencang dan tubuh
raksasa yang berlalu lalang terkadang menjadi penghalang dalam meyelesaiakn
tugasku.”
b. Jill, dengan watak suka
menyia-nyiakan waktu. Dibuktikan pada kalimat “Aku Jill! Aku terjebak oleh
waktu! Aku sudah terlalu sering menyia-nyiakan waktuku....”
c. Kak Ryn, dengan watak Sabar.
Dibuktikan pada kalimat “Sejak kapan? Dari tadi Rane...apa kamu tidak mendengar
suara kakak?sudahlah, cepat mandi! Nanti kau telat berangkat ke sekolah!”
5.
Latar :
a. Tempat :
·
Dunia
Waktu
Sesuai
dengan kalimat “Ini adalah dunia
waktu...”
·
Ruangan
Memilih
Sesuai
dengan kalimat “Rane...sekarang kau sudah ada di ruangan memilih.”
·
Lorong
di dalam pintu
Sesuai
dengan kalimat “Kakiku pun tergerak untuk menyusuri lorong yang berada....”
·
Restoran
Sesuai
dengan kalimat “Kupandangi pintu restoran di depanku yang masih tertutup rapat”
·
Rumah
Sakit
Sesuai
dengan kalimat “Beruntung, didalam rumah sakit tidak terlalu banyak orang...”
·
Bukit
kecil
Sesuai
dengan kalimat “Aku terbang dengan kecepatan yang tinggi dari sebelumnya menuju
sebuah bukit...”
·
Kamar
tidur Rane
Sesuai
dengan kalimat “Rane! Bangun Rabe...nanti kau telat”
b. Waktu :
·
Hampir
3 hari
Sesuai
dengan kalimat “Sudah hampir3 hari aku terkurung disini”
·
Sekarang
Sesuai
dengan kalimat “Sekarang hati kecilku menghendakiku untuk menjawabnya”
·
Pagi
Hari
Sesuai
dengan kalimat “Apa kamu tidak mendengar suara kakak?Sudahlah...cepat mandi!
Nanti kau telat berangkat ke sekolah!”
c. Suasana :
·
Sunyi
Sesuai
dengan kalimat “Sudah cukup lama Aku berada di sini, sudah hampir 3 hari diriku
terkurung disini”
·
Mencekam
/ Menegangkan
Sesuai
dengan kalimat “Hati kecilku merasa sedikit takut dengan suara yang tiba-tiba
terdengar di telingaku”
6.
Alur : Maju Mundur
a. Pemaparan
“Sudah cukup lama Aku berada di sini, sudah hampir 3
hari diriku terkurung di sini. Di sebuah tempat kecil dengan dinding berwarna
putih.”
b. Penampilan masalah
“...diriku telah menemukan
sebuah jam kuno yang berwarna putih bersih. Lalu, Aku mencoba memakainya, dan
entah kenapa, jam itu membawaku ke duniaini. Dunia yang tidak pernah ku
kenal, sangat asing.”
c. Masalah memuncak
“...suara
pintu itu terdengar sangat kencang di telingaku. Saat pintu terbuka, terpancar
sinar putih yang menyilaukan mataku. Ternyata sesosok manusia itu adalah Jill.
Jill terjebak di dunia waktu karena ia sering menyia0nyiakan waktunya. Rane
ditugaskan untuk membantu Jill memperbaiki waktunya yang sia-sia dengan
mengumpulkan 3 serpihan waktu Jill yang terbuang”
d. Puncak ketegangan
“Ingin
rasanya kakiku menginjak kembali dunia yang selama ini kutinggalkan, namun
tubuhku berubah menjadi seekor kupu-kupu. Akhirnya, aku pun terbang ke tempat
dimana Jill menyia-nyiakan waktunya. Aku terbang dengan kecepatan yang tinggi
dari sebelumnya menuju sebuah bukit yang ada di otakku. Aku terus terbang walau
angin ganas itu mungkin akan menyobek sayapku. Ternyata, serpihan milik Jill
cukup sulit ditemukan karena letaknya berada di sebuah batu besar tepat di
sampung sungai.”
e. Ketegangan menurun
“Setelah
3 serpihan waktu terkumpul, tubuhku terasa tersedot ke dalam pusaran angin.
Entah dari mana angin itu, sampai akhirnya wujudku berubah kembali menjadi
manusia dan telah berada di hadapan Jill.”
f. Penyelesaian
“Rane..selamat,
kau berhasil menyelesaikan tugasmu. Sekarang...kamu berhak kembali ke duniamu..”
7.
Sudut
pandang : Orang pertama.
Dibuktikan dengan kalimat “Sudah cukup
lama aku berada disini .....”
lama aku berada disini .....”
8.
Amanat
: Jangan menyia-nyiakan
waktu, karena waktu sangat
berharga. Jadi gunakanlah waktu dengan sebaik-
baiknya karena waktu tidak dapat terulang kembali
berharga. Jadi gunakanlah waktu dengan sebaik-
baiknya karena waktu tidak dapat terulang kembali
Persamaan dan Perbedaan Kedua Cerpen
Persamaan
:
q Sama-sama berpetualang menjalankan
suatu misi
q Kedua cerpen memiliki alur maju
mundur (campuran)
q Kedua cerpen memiliki sudut pandang
orang pertama
q Kedua cerpen memiliki pertanyaan
yang tidak terpecahkan
q Tokoh utama dalam kedua cerpen
sama-sama perempuan
Perbedaan
:
q Cerpen I (Kejutan Terakhir) beraliran
Horror sedangkan Cerpen II (Serpihan Waktu) beraliran fantasi
q Cerpen I bertemakan misteri
sedangkan Cerpen II bertemakan petualangan
q Cerpen 1 berakhir dengan tanda
tanya (gantung) sedangkan Cerpen II berakhir bahagia
q Cerpen I mengajarkan kita untuk
tidak mudah percaya dengan orang yang belum jelas asal-usulnya. Cerpen II
mengajarkan kita untuk mempergunakan waktu dengan sebaik-baiknya.
Sumber cerpen : www.cerpenmu.com
No comments:
Post a Comment